<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d31978585\x26blogName\x3dCORETAN+ENDANG\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://coretan-endang.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://coretan-endang.blogspot.com/\x26vt\x3d2253316379687411988', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

CORETAN ENDANG

Segalanya yang ingin kucoretkan.......cerita-cerita tentang kehidupan yang ada, dan tak usah risau tentang nyata atau tidak..........
 

Di Ambang Jendela

Jendela depan masih menampakkan titik-titik basah siraman hujan yang menempel. Matanya cuma menerawang sekilas.

“Ayo nak…..mandi. Badanmu sudah bau begini, kamu ngompol lagi semalam”
” Papa ana ?…….Papa ana, ma ????? “
” Ya ayo mandi dulu, nanti kita telpon papa. Kalau belum mandi, telponnya nggak nyambung”

Anaknya diam, pandangan matanya berusaha mencerna kalimat yang mampir di telinga. Tapi dia tak menampik gandengan tangan ibunya membawanya ke kamar mandi.

Ini hari ke sembilan perempuan itu berdiam di rumah itu. Rumah dimana dia diam sementara bersama anaknya, entah sulung entah akan terus semata wayang. Pikiran berkelana seperti penunggang kuda tak tentu arah, melintasi padang yang di matanya hampir tak bertepi.

Rumah ini tak asing, tapi keterasingan toh selalu menyelinap berindap diam dalam keterusterangan di setiap relung kalbu. Semua menampakkan ruang kosong, sejauh yang bisa dilihat mata batinnya.

Tangannya terus bergerak secara naluriah, membilas menyabuni menggosok sampai mengelap kering lagi badan si kecil. Apa yang berderap di balik kulit dadanya, tak berirama sama dengan perlakuan sang tangan.

” Nanti kita telpon papa, kapan pulang ya sayang….”

Anaknya memang tak banyak bicara. Belum banyak simpanan aksara yang dimiliki. Tapi perempuan itu bisa melihat kebingungan, kerinduan dan jutaan pertanyaan yang tersimpan di dalam kepala dan hati kecil anaknya. Hhhhhhhh…….helaan nafasnya jadi sangat panjang, mengagetkan telinga si kecil di hadapannya.

Rumah ini tak asing baginya. Dan pemiliknya berhubungan erat dalam darah mereka, suami dan anaknya. Segalanya telah ada untuk membuatnya bisa tenang diam di situ. Tapi sembilan hari………..terlalu panjang untuknya diam sendiri tak berketetapan.

Bisikan yang pernah dia dengar tentang sebuah masa nanti yang harus diraih. Energi yang harus dibuat untuk menghadirkan masa yang dinanti. Dan kata-kata spiritual yang harus selalu dia ulang untuk memperpanjang sabar. Semua menjadi miliknya. Apa yang dilakukan bapak anak itu, hanya perlu doa. Langkah pencarian memang perlu dipanjangkan ke tiap sudut yang mungkin untuk dijangkau, kemana pun kesempatan ada. Dan kesendirian ini, mau atau tidak, harus siap langsir di tenggorokan sempitnya.


kalau aku sabar sekarang, aku bisa senang kelak……………
angel-angele wong urip golek penguripan………

Perempuan itu senang sekali duduk di tepi jendela. Di situ, cerminnya membawanya beterbangan kemana dia suka. Tepi-tepi kusennya jadi tak berarti, tak mampu membatasi pengembaraannya yang begitu kaya dengan bayangan. Di situ juga dia selalu menunggu setiap janji yang dia dengar. Disitu juga dia berharap menatap tubuh kurus lelakinya, bapak anaknya, berjalan membawa matahari, atau setitik bintang………….

” Aku sudah akan datang, tunggulah………”
Dan dia menunggu. Jauh di luar penglihatannya, hatinya meraba hati lelakinya. Gundah, lebih dari gundahnya. Karena dia lelaki.

Di ambang jendela ini, perempuan itu selalu ingin menatap sinar meski basah……….
« Home | Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »
| Next »

»

Post a Comment

 
   





© 2006 CORETAN ENDANG | Blogger Templates by Gecko & Fly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to Make Money Online at GeckoandFly